cme

Loading

Kamis, 30 Januari 2014

diare pada balita

PERILAKU PENCEGAHAN DIARE ANAK BALITA DI WILAYAH BANTARAN KALI
KELURAHAN BATARAGURU KECAMATAN WOLIO KOTA BAU-BAU
Behavioral Prevention Of Childhood Diarrhea In River Banks of
Bataraguru Village District Wolio Bau-Bau

Nasili, Ridwan M.Thaha, Arifin Seweng

PENDAHULUAN
Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, memberikan susu formula dalam botol bayi, penyimpanan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sebelum menyuapi anak atau sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja tinja anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Keduanya faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia (Depkes RI, 2009)
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian di wilayah bantaran kali kelurahan Bataraguru, dengan pertimbangan adanya permasalahan kebersihan dan kesehatan, heterogenitas kesukuan, jumlah balita, serta kasus diare yang banyak. Informan penelitian adalah Ibu rumah tangga yang mempunyai anak pernah menderita diare sebanyak8 orang ibu.Pengambilan informan dilakukan metode snow ball sampling.Teknik pengumpulan datamelalui wawancara mendalam dan observasi dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan catatan observasi. Analisa data diawali pengumpulan data, mereduksi data (data etik) dengan membuat koding dan kategori, penyajian data/data emik dan penarikan kesimpulan/konsep.Penyajian data yang ditampilkan dalam bentuk kuotasi. 
HASIL
1.
Perilaku penencegahan diare anak balita dalam pemberian ASI/MP-ASI
Dari hasil penelitian semua informan sudah memberi ASI anaknya sejak lahir namun lama pemberian ASI masih kurang dari dua tahun, seperti pada hasil wawancara dan observasi berikut ini :
“Ya..... air susu ibu yang berisi makanan buat bayi, saya beri ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan, tapi anak hanya 1 bulan kasih ASI karena air susuku kurang maka saya beri susu botol....”
Observasi :
Ibu terlihat tidak lagi memberi ASI anaknya
Ibu terlihat memberi susu botol 
PEMBAHASAN
1.Perilaku pencegahan diare anak balita dalam pemberian ASI/MP-ASI
Peningkatan kualitas anak kedepan salah satunya sangat dipengaruhi aspek pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.Seperti pada hasil penelitian ini bahwa informan kurang mengetahui tentang ASI tetapi semua informan sudah memberi ASI anaknya sejak lahir namun lama pemberian ASI masih kurang dari dua tahun tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
KESIMPULAN
1.Perilaku pencegahan diare anak balita dalam pemberian ASI/MP - ASI bahwa semua informan memberi ASI kurang dari usia dua tahun dan memberi makan anak pertama kali sejak usia 10 hari tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak .Informan sebelum memberi ASI anaknya terlebih dahulu membersihkan buah dada dengan menggunakan air hangat sedangkan MP -ASI dimasak atau mem akai air panas.
SARAN
1.Perlu penyeb aran informasi dari petugas promosi kesehatan tentang pemberian ASI yang dilakukan secara terprogram dan kontinyu secara tepat sehingga membentuk perilaku yang positif dan memberi informasi beberapa kebiasaan yang salah dari para ibu dalam memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI pada bayinya yang disinyalir sebagai pemicu kurangnya peran ibu dalam mengoptimalkan pemberian ASI pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi (2001).Peranan Air dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Amirudin Ridwan, (2006).Promosi Susu Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 bulandi Kel.Pa’Baeng-Baeng Tahun 2006.
http://ridwanamirrudin.wordpress.com.
Bahar, B., (2000). Pengaruh Pengasuhan Terhadap Pertumbuhan Anak, Pengamatan Longitudinal pada Anak Etnik Bugis Usia 0-12 Bulan di Barru, Disertasi tidak diterbitkan, Surabaya : PPSUNAIR.
untuk keterangan lebih lanjut silahkan download disini

obesitas pada remaja

OBESITAS DAN HsCRP PADA REMAJA MAHASISWA BARU
DI UNIVERSITAS HASANUDDIN
 
 
 
OBESITY AND HsCRP CONTENT AMONG NEW STUDENTS
ADOLESCENT AT HASANUDDIN UNIVERSITY
 
Iriyani Harun, Veni Hadju, Nurpudji A Taslim
 
PENDAHULUAN
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweightadalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki - laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%. (Vishuda, 2001)
 
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian 
Penelitian ini dilakukan di Universitas Hasanuddin dengan melibatkan mahasiswa baru tahun akademik 2012/2013
Desain dan Variabel Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain cross-sectional study.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar hsCRP ( High Sensitivity C Reactive Protein ), sedangkan variabel independen adalah IMT (Ideks Massa Tubuh ), lingkar pinggang dan persen lemak tubuh. 
 
HASIL
Status Obesitas dan Kondisi Lemak Tubuh
Tabel1 memperlihatkan bahwa terdapat (64,5%) responden yang mengalami obesitas berdasarkan pengukuran IMT dan yang normal sebesar (35,5%), sedangkan (66,1%) yang meng alami obesitas berdasarkan lingkar perut dan yang normal sebesar (33,5%). Dilihat dari kondisi lemak tubuh berdasarkan hasil pengukuran BIA ( Bioelectric Impedance Analysis) terdapat (64,5%) yang mengalami overfat dan yang normal sebesar (35,5%)
 
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kondisi obesitas terhadap kadar hsCRP ( High Sensitivity C Reactive Protein) pada remaja. Hasil dari pemeriksaan ini cukup bervariasi, dari total 62 responden maka didapatkan 24,2% yang mempunyai risiko tinggi, 38,7% risiko sedang dan 37,1% yang berisiko rendah. Sebuah penelitian cross sectional study di India menyatakan bahwa kadar hsCRP tinggi ( > 3 mg/l) mengindikasi terjadinya sindrom metabolik, oleh karena itu hsCRP dapat menjadi alat untuk mempr ediksi risiko sindrom metabolik (Anubha Ma hajan, 2012)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kadar hsCRP remaja obesitas lebih berisiko dibanding remaja yang tidak obesitas,ada hubungan positif bermakna antara lingkar pinggang (LP) dengan kadar hsCRP pada remaja obesitas, dimana berisiko sebanyak 7 kali lebih besar peluangnya untuk meningkatkan kadar hsCRP, selain itu IMT juga mempunyai hubungan positif bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar hsCRP pada remaja obesitas dengan risiko sebanyak 6 kali terjadi peningkatan hsCRP dan persen lemak tubuh juga ber hubungan positif bermakna antara dengan kadar hsCRP dengan risiko 6 kali lebih besar terhadap peningkatan hsCRP.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anubha Mahajan, Alok Jaiswala, Rubina Tabassuma, Avijit Poddera, Saurabh Ghoshb, S.V.
Madhuc, Sandeep K. Mathurd
, Nikhil Tandone, Dwaipayan Bharadwaja.(2012).
Elevated Levels of C-Reactive Protein as a Risk Factor for Metabolic Syndrome
in Indians.
Journal homepage:
www.elsevier.com/locate/atherosclerosis.
Atherosclerosis 220 (2012) 275–281Depkes RI,(2011).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Riset Kesehatan Dasar2011.Jakarta: Balitbangkes
Fatma G. Huffman, Suzanne Whisner, Gustavo G. Zarini and Subrata Nath.(2010).
Waist Circumference and BMI in Relation to Serum High Sensitivity C -ReactiveProtein (hs-CRP) in Cuban Americans With and Without Type 2 Diabetes.Article. Int. J. Environ. Res. Public Health2010,7, 842-852;doi:10.3390/ijerph7030842
Festa, A, R. D'Agostino Jr, K. Williams, A.J. Karter, E.J. Mayer Davis, R.P. Tracy, et al.
(2001).The Relation of Body Fat Mass and Distribution to Markers of Chronic
Inflammation.International Journal of Obesity and Related Metabolic Disorders
25: 1407–1415.
 
untuk keterangan lebihlanjut silahkan download disini
.

Rabu, 29 Januari 2014

efektivitasbparasetamol dengan tramadol

Perbedaan Efektivitas Parasetamol Oral Dengan Tramadol
Oral Sebagai Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Transurethral
Resection of The Prostate


Differences Effectiveness With Tramadol Acetaminophen Oral

Oral For Post-Surgical Pain Management of Transurethral

Resection of the Prostate
oleh: Ismail Muhammad, Alvarino, Nasman Puar, Hafni Bachtiar
Pendahuluan
Transurethral Resection of The Prostate (TURP) merupakan tindakan operasi endoskopi yang pertama dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan 1930-an dan sudah menjadi standar baku sampaisaat ini untuk penatalaksanaan pembesaran kelenjar prostat jinak yang memerlukan tindakan bedah. Nyeri merupakan salah satu gejala yang sering timbul pasca bedah dimana melibatkan empat proses fisiologis :transduction,transmission,modulation dan perception. Nyeri pasca operasi TURP disebabkan karena trauma (reseksi jaringan prostat), iritasi foley kateter dan traksi kateter pasca TURP pada luka operasi

Metode Penelitian
Merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dalam waktu 3 bulan di RSUP Dr. M. Djamil dengan melibatkan 30 orang pasien yang didiagnosa BPH dan memenuhi kriteria inklusi. Peneli tian ini dibagi dua kelompok yaitu kelompok I diberikan parasetamol oral 500 mg dan kelompok II diberikan tramadol oral 50 mg sebagai tatalaksana nyeri pasca TURP.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Nilai VAS pada 3 jam pasca spinal anastesi . pemakaianparasetamol oral 500 mg rata-
rata nilai VAS 3 jam pasca spinal anastesia adalah 0,6267 cm dan standar deviasi 0,50493 cm, sedangkan dengan pemakaian tramadol oral 50 mg rata – rata nilai VAS 3 jam pasca spinal anastesia adalah 0,6400 cm dan standar deviasi 0,59618 cm. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,948. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas nyeri yang signifikan pada kedua kelompok.

Pembahasan
Nyeri merupakan salah satu gejala yang sering timbul pasca bedah termasuk pasca TURP. Nyeri pasca TURP diakibatkan karena reseksi jaringan prostat, iritasi foley kateter dan traksi kateter pada luka operasi TURP.
 Laporan tentang nyeri pasca TURP dan tatalaksananya masih sangat sedikit diperoleh dari publikasi.


Kesimpulan.
Parasetamol 500 mg oral versus tramadol 50 mg oral memiliki efektifitas yang sama dalam mengatasi nyeri pasca operasi TURP dengan intensitas nyeri ringan yang dilakukan dalam teknik spinal anesthesia. Tidak ada perbedaan bermakna kejadian mual dan alergi pada pemberian pa racetamol oral 500 mg atau tramadol oral 50 mg pasca TURP.
DaftarPustaka
1.Wein. A J. Kavoussi,L R.et al. Campbell-Walsh urology.—10th ed. International edition. Philadelphia, Pennsylvania. Tahun 2012.Hal: 56-60
2.Kevin T. McVary. Management of benignprostatic hypertrophy.NorthwesternUniversity Feinberg School of Medicine,Chicago.Tahun 2004
3.Kirk R. M. MSFCS, Ribbans W. J,FRCSFRCS Ed orth―Clinical Surgery in General,RCS Course Manual‖ The Royal FreeHospital, London / UK, Northampton GeneralHospital, Northampton, UK. Fourth EditionTahun 2004, Hal: 357-369.
untuk keterangan lebih lanjut silahkan download disini

riwayat miopia

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT MIOPIA DI KELUARGA
DAN LAMA AKTIVITAS JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN MIOPIA
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA ANGKATAN 2010-2012


ASSOCIATION OF PARENTAL MYOPIA AND TIME SPENT IN NEAR-WORK WITH MYOPIA IN MEDICAL STUDENT FACULTY OFMEDICINE TANJUNGPURA UNIVERSITY GRADE 2010-2012

Melita Perty Arianti
dr. Moh. Iqbal, Sp. M, M.Kes
Agustina Arundina, SGz, MPH
PENDAHULUAN
Miopia adalah suatu kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Faktor resiko yang paling nyata adalah berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game.Selain aktivitas, miopia juga berhubungan dengan genetik. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia. Prevalensi miopiapada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9%, sedangkan 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia.

Metodologi: 
Penelitian analitik observasional jenis potong lintang (cross-sectional). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSPD FK Untan angkatan 2010-2012, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, dengan jumlahsebanyak 70 orang. Data diolah dengan uji Chi-squaredengan p<0,05.Hasil dan pembahasan: 
Jumlah subjek penelitian adalah 70 orang, 44 (62,9%)mengalami miopia dan 26 (37,1%) diantaranya tidak mengalami miopia.Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai p bermakna untuk riwayat miopiadikeluarga (p=0,010) dengan kejadian miopia. Tidak terdapat hubungan secara statistic antara membaca buku pelajaran (p=0,961), membaca untuk hobi (p=nilaikonstan), menulis(p=0,298), menggunakan laptop, handphone, dan bermainvideo game (p=0,940), menonton televisi (p=0,701) dengan kejadian miopia.
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat miopia dikeluarga dengan kejadian miopia pada mahasiswa PSPD angkatan 2010-2012.Tidak terdapat hubungan bermakna anatara lama aktivitas jarak dekat dengankejadian miopia pada mahasiswa PSPD angkatan 2010-2012.
DAFTAR PUSTAKA
1.Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rded. Jakarta: Balai PenerbitFKUI; 2008
2.Tan, D T H. The Future is Near :Focus on myopia. Singapore Med J [Internet]. 2004 [cited 2012 Jan 8] Vol 45(10) : 451-453. Availablefrom:http://www.sma.org.sg/smj/4510a1.pdf&ei
 
untuk keterangan lebih lanjut silahkan download disini

manfaat koperasi

PELAYANAN DAN MANFAAT KOPERASI,SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA
(Suatu Kasus pada Koperasi Produsen Tahu Tempe Kabupaten Tasikmalaya)
Oleh:A Jajang W. Mahri
pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip-prinsip Koperasi. Sebagai gerakan, Kope-rasi
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama antar anggotanya yang sangat diperlu-kan untuk
mewujudkan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan kemakmuran
masyarakat. 
untuk informasi lebih lanjut download disini
 
Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok

Chemical Compound of Tobacco and Cigarette
Samsuri Tirtosastro
A. S. Murdiyati
PENDAHULUAN
DENTIFIKASI komponen kimia tembakau telah dilakukan secara intensif selama lebih dari 50 tahun atau sejak pernyataan Kozak pada tahun 1954 dalam Adam, 2006 yang menyebutkan sekitar 100 komponen kimia ada pada asap rokok, dan dinyatakannya bahwa asap rokok mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan. Dari hasil analisis terakhir, dinyatakan bahwa terdapat 2.500 komponen kimia pada tembakau yang siap dibuat rokok,yaitu tembakau yang telah selesai proses fermentasi (aging) selama 13 tahun.

Kesimpulan
1.Kandungan kimia tembakau yang sudah
teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500
komponen, sedangkan dalam asap terda-pat 4.800 macam komponen.
Saran
1.Seyogyanya smoking machine dimiliki oleh pemerintah daerah dalam jumlah cukup,sehingga semua rokok dan produk temba-kau dapat diketahui kandungannya sebe-lum dipasarkan .
DAFTAR PUSTAKA
Adam, T.2006.Investigation of tobacco pyrolysisgases and puff-by-puff resolved cigarettesmoked by single photon ionization (SPI)-time-of-flight mass spectrometry (TOFMS).Disertasi Technischen Universitat, Munchen.
untuk keterangan lebih lanjut download disini

cara menularnya HIV

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN TENTANG HIV/AIDS
DENGAN KECEMASAN TERTULAR HIV/AIDS PADA WPS (Wanita Penjaja Seks)
LANGSUNG DI CILACAP

RELATIONSHIP BETWEEN PEMAHA MAN ON HIV / AIDS ANXIETY INFECTED WITH HIV/AIDS IN WPS (sex workers ) LIVE IN CILACAP

Rossy Anurmalasari, Karyono, Kartika Sari Dewi
PENDAHULUAN
Perkembangan HIV/AIDS menunjukkan lonjakan yang sangat tinggi. Bahkan banyak orang
yang meninggal karena AIDS. HIV/AIDS tidak hanya menyerang mereka yang tinggal
di kota besar,akan tetapi sekarang sudah merambah ke daerah-daerah seperti di
Kabupaten Cilacap. Dalam perkembangannya jumlah penderitaHIV/AIDS di Kabupaten
Cilacap semain meningkat, bahkan wilayah tersebut diklaim memiliki daerah resiko tinggi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini adalah penelitian korelasi onal karena mencari hubungan antara dua variabel. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling , yaitu pemilihan kelompok subyek didasa rkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004, h.186). Hal tersebut didukung oleh Winarsunu (2004, h.15) yang menjelaskan bahwa teknik sampel purposif dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. 

PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS yang dit unjukkan dengan koefisien korelasi 0,515 dan signifikansi 0,000 (p<0,05). Angka positif pada korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS
HASIL
Tabel 1 berikut ini memaparkan hasil korelasi antara pemahaman tentang HIV/AIDS dengan kecemasa
n tertular HIV/AIDS
SIMPULAN
1.Terdapat hubungan yang signifikan p= 0,000 (p<0,05) antara PemahamanTentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS pada WPSLangsung di Cilacap, dengan rxy= 0,515 yang artinya ada hubungan positifantara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan TertularHIV/AIDS, sehingga hipotesis penelitianyang menyatakan ada hubungan positif antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan TertularHIV/AIDS diterima. 
SARAN
1.Subjek
Subjek yang merupakan WPS Langsung di Cilacap pada dasarnyabanyak memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS. Namun persepsi yangsalah terhadap pengetahuan HIV/AIDS akan membuat subjek memiliki
pemahaman yang salah tentang HIV/AIDS. Disarankan subyek meningkatkan motivasinya untuk lebih rutin dan aktif mengikuti PE dan penyuluhan yang diadakan LSM maupun Dinas Kesehatan agar pengetahuan tentang HIV/AIDS yang di peroleh benar dan tepat sehingga akan meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS.
 
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson dkk. 1996.Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : PenerbitErlangga.
Atwater, Easwood. 1983.Psychology Of Adjusment Personal Growth In A Changing World. New Jersey : Prentice-Hall Inc.
 
untuk keterangan lebih lanjut DOWNLOAD DISINI