cme

Loading

Selasa, 07 Januari 2014

FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI INDONESIA

Abstrak 

Obesitas merupakan akibat dari keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang. Masalah 

obesitas dapat terjadi pada usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko 

yang paling berhubungan dengan obesitas pada anak (5-15 tahun), menggunakan sumber data sekunder data Riset 

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Prevalensi obesitas (persentil >95) pada anak rentang usia 5-15 tahun sebesar 

8,3%. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan obesitas pada anak usia 5-15 tahun adalah tingkat pendidikan anak 

setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan olah raga dan merokok serta asupan 

protein. Perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko obesitas dengan menanamkan pendidikan 

kesehatan pada anak sejak usia dini, melalui peningkatan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), seperti gerakan anti 

rokok, gerakan cinta serat (sayur dan buah) serta membudayakan aktivitas fisik. 

Abstract 

Risk Factors of Obesity in Children 5-15 Years Old. Obesity is the result of positive energy balance for long periods 

of time. The problem of obesity can occur at the age of children, teens to adults. The purpose of this study is to identify 

the most dominant factor of obesity in children (5-15 years) using Basic Health Research in 2007. The proportion of 

obesity (percentile >95) in children (5-15 years old) was 8.3%. The risk factor which mostly associated with obesity 

was the level of education after being controlled by sex, father's obesity, exercise and smoking habits and intake of 

protein. To overcome obesity problem in children (5-15 years old), it is needed to provide health 

education for children from an early age through enhanced IEC (Information, Education and Communication) such as 

anti smoking program, love of fiber (vegetables and fruits) and develop a culture of sport activities. 

Keywords: children (5-15 years old), obesity, risk factors 





 



 

Pendahuluan 

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah 

gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum 

teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah 

gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas 

dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa. 

Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara 

jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan 

oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti 

pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, 

pemeliharaan kesehatan.1 Jika keadaan ini 

berlangsung terus menerus (positive energy balance) 

dalam jangka waktu cukup lama, maka dampaknya 

adalah terjadinya obesitas. Obesitas merupakan 

keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang berada di 

atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak 

sesuai jenis kelaminnya.2 

Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian 

diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berisiko 

untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi 

mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan 

penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, 

penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Selain itu, 

obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat 

menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan 

kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas 

akibat kelebihan berat badan.3 





Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara 

lain asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis 

makanan olahan serba instan, minuman soft drink, 

makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, 

pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang 

tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat 

terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak 



 

dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi 

mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang 

melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak.4 Akibatnya, 

anak akan mengalami kelebihan berat badan saat 

berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan 

mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat 

dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi 

sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak 

yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok yang 

rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam 

rentang usia ini perlu mendapat perhatian dari sudut 

perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang 

biasa dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk 

pola kebiasaan makan selanjutnya.5 

Hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 

pada tahun 2006 menunjukkan bahwa lebih dari 37,3% 

pelajar pernah merokok, 30,9% diantaranya merokok 

pertama kali sebelum berusia 10 tahun. Hasil Susenas 

(tahun 1995, 2001 dan 2004) menunjukkan usia remaja 

yang rentan untuk mulai mencoba merokok adalah 15-

19 tahun.6,7 

Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas 

meningkat 2 (dua) kali lipat pada anak usia 2-5 tahun 

dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3) kali 

lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi 

obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% 

tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001.8 

Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya 

aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik 

terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa 

anak sampai lansia akan mempengaruhi kesehatan 

seumur hidup.9 Obesitas pada usia anak akan 

meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa. 

Penyebab obesitas dinilai sebagai ‘multikausal’ dan 

sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada 

golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering 

terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga 

menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor 

lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik.10 Jika 

obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka 

risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa. 

Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga 

obesitas.9 

Masalah gizi banyak dialami oleh golongan rawan gizi 

yang memerlukan kecukupan zat gizi untuk 

pertumbuhan. Kelompok anak hingga remaja awal 

(sekitar 10-14 tahun) merupakan kelompok usia yang 

berisiko mengalami masalah gizi baik masalah gizi 

kurang maupun gizi lebih. 





Prevalensi obesitas anak mengalami peningkatan di 

berbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Tingginya 

prevalensi obesitas anak disebabkan oleh pertumbuhan 

urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorang 

termasuk asupan energi. Menurut WHO, satu dari 10 

(sepuluh) anak di dunia mengalami kegemukan. 

Peningkatan obesitas pada anak dan remaja sejajar 

dengan orang dewasa.11 Prevalensi yang cenderung 

meningkat baik pada anak maupun orang dewasa sudah 

merupakan peringatan bagi pemerintah dan masyarakat 

bahwa obesitas dan segala implikasinya memerlukan 

perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk 

mengetahui faktor risiko obesitas anak usia 5-15 tahun. 

Penelitian ini merupakan analisis terhadap data 

Riskesdas tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan 

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), 

Departemen Kesehatan RI. 

Metode Penelitian 

Disain studi adalah potong lintang (cross sectional). 

Variabel terikat adalah obesitas, sedangkan variabel 

bebas adalah umur, jenis kelamin, riwayat obesitas 

orang tua, tingkat pendidikan, kebiasaan olah raga dan 

merokok, perilaku konsumsi makan. Populasi adalah 

seluruh anak laki-laki maupun perempuan yang berusia 

5-15 tahun yang menetap/tinggal di wilayah penelitian. 

Sedangkan sampel adalah seluruh anak laki-laki 

maupun perempuan yang berusia 5-15 tahun. Kriteria 

inklusi adalah mempunyai data IMT (indeks massa 

tubuh) yang lengkap, tidak mengalami cacat fisik dan 

mental, sedangkan kriteria eksklusi adalah subyek 

memiliki berat badan/umur (BB/U) dan tinggi 

badan/umur (TB/U) melebihi batasan menurut CDC.2 

Kerangka pengambilan sampel yang digunakan dalam 

Riskesdas adalah kerangka sampel Susenas Tahun 2007. 

Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan 

timbangan berat badan digital merek AND (satuan 

dalam kg). Sedangkan pengukuran tinggi badan 

menggunakan alat ukur tinggi badan ’microtoise’ dalam 

posisi berdiri (satuan dalam sentimeter). Hasil 

pengukuran kemudian diterjemahkan ke dalam nilai 

indeks massa tubuh (kg/m2). Data asupan zat gizi 

diperoleh dengan menggunakan kuesioner recall 1x24 

jam, melalui wawancara langsung dengan menanyakan 

seluruh makanan yang dimakan oleh subyek di hari 

kemarin (selama 24 jam yang lalu). 





Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini 

meliputi data IMT untuk anak kelompok usia 2-20 

tahun, dengan kategori obesitas (persentil >95), 

overweight (persentil 75-95), normal (persentil 25-75) 

dan kurang (persentil <25).2 Kemudian, dikelompokkan 

menjadi 2 (dua) kategori, yaitu ’obesitas (persentil 

>95,00)’ dan ’tidak obesitas (persentil 25,00-95,00). 

Data lain yang dikumpulkan adalah karakteristik 

individu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat 

pendidikan, riwayat ‘obese’ orang tua dan karakteristik 

perilaku (kebiasaan merokok dan olahraga serta perilaku 

konsumsi makan). Manajemen data meliputi cleaning, 

amputasi dan weighting. Setelah dilakukan cleaning 



 

data, dari total subyek 207.111 orang diperoleh sampel 

sebanyak 170.699 orang. Analisis data statistik 

menggunakan piranti lunak meliputi analisis univariat, 

bivariat (uji kai-kuadrat) dan multivariat (uji regresi 

logistik ganda). 

Hasil dan Pembahasan 

Hasil analisis status gizi anak berdasarkan persentil IMT 

menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki 

status gizi ’kurang’ sebesar 42%, status gizi ’normal’ 

35,8%, overweight 13,9% dan obesitas 8,3% (Tabel 1). 

Dari 170.699 anak dalam penelitian ini proporsi 

tertinggi terdapat pada responden usia .10 tahun 

(52,4%), anak laki-laki (51,4%), tingkat pendidikan > 

tamat SD (52,2%). Sebanyak 17,5% ayah responden 

mengalami obesitas (IMT.25,00 kg/m2) sedangkan 

obesitas pada ibu sebesar 29,4%. 

Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi anak tidak 

merokok sebesar 97,2%. Kebiasaan anak berolahraga 

dinilai dari kebiasaan anak dalam berjalan kaki dan 

bersepeda dalam kesehariannya. Dari 170.699 anak 



yang diteliti diketahui sebanyak 60,6% anak memiliki 

kebiasaan berolahraga. Proporsi anak yang memiliki 

kebiasaan olahraga =6 kali/minggu sebesar 80,7% dan 

64,8% anak membutuhkan waktu =15 menit setiap 

melakukan olah raga. 



 



Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden 

yang mengonsumsi sayuran ‘sering’ (=5kali/minggu) 

sebesar 57,9%. Bila dikategorikan menurut standar 

PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) diketahui 

hanya 9,8% yang mengonsumsi sayur >3 porsi/hari. 

Dilihat dari kebiasaan anak dalam mengkonsumsi buah-

buahan, didapatkan bahwa sebanyak 61,7% anak ‘sering’ 



 



Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 

Status Gizi (Indeks Massa Tubuh) 



Persentil IMT 



n 



(%) 



Obesitas (persentil > 95,00) 



14,208 



8,3 



Overweight (persentil 75,01-95,00) 



23,792 



13,9 



Normal (persentil 25,00-75,00) 



60,940 



35,8 



Kurang (persentil < 25,00) 



71,759 



42,0 



Total 



170,699 



100,0 







 

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Obesitas (Anak 5-15 Tahun) Menurut Karakteristik Anak dan Orang Tua 



Karakteristik Anak dan Orang Tua 



Obesitas 



p value 



OR 



95% CI 



Ya 



Tidak 



Lower 



Upper 



n 



% 



n 



% 



Umur 



 



 



 



 



 



 



 



 



 < 10 tahun 



10.360 



22,9 



34.952 



77,1 



0,000* 



3,834 



3,686 



3,989 



 > 10 tahun 



3848 



7,2 



 49.780 



92,8 



 



 



 



 



Jenis Kelamin 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Laki-laki 



8.142 



16,4 



41.623 



83,6 



0,000* 



1,390 



1,341 



1,441 



 Perempuan 



6.066 



12,3 



43.109 



87,7 



 



 



 



 



Pendidikan 



 



 



 



 



 



 



 



 



 = Tidak tamat SD 



2.347 



9,8 



21.502 



90,2 



0,000* 



2,073 



1,937 



2,217 



 = Tamat SD 



1.478 



5,0 



28.065 



95,0 



 



 



 



 



Riwayat obesitas ayah 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Obesitas (IMT >25,00 kg/m2 



 3.167 



16,3 



16.244 



83,7 



0,000* 



1,209 



1,158 



1,263 



 Tidak obesitas (IMT = 25,00 

kg/m2) 



11.041 



13,9 



68.488 



86,1 



 



 



 



 



Riwayat obesitas ibu 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Obesitas (IMT >25,00 kg/m2) 



4.360 



13,6 



27.717 



86,4 



0,000* 



0,911 



0,876 



0,946 



 Tidak obesitas (IMT = 25,00 

kg/m2) 



9.848 



14,7 



57.015 



85,3 



 



 



 



 



Kebiasaan merokok 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Tidak Merokok 



3.779 



7,3 



48.108 



92,7 



0,000* 



2,069 



1,592 



2,689 



 Merokok 



 59 



3,7 



 1.554 



96,3 



 



 



 



 



Kebiasaan olahraga 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Tidak rutin 



1.803 



8,4 



19.746 



91,6 



0,000* 



1,348 



1,262 



1,440 



 Rutin 



2.020 



6,3 



29.824 



93,7 



 



 



 



 



Frekuensi olahraga 



 



 



 



 



 



 



 



 



 <6 kali/minggu 



 405 



6,3 



6012 



93,7 



0,838 



0,987 



0,882 



1,104 



 = 6 kali/minggu 



1.640 



6,4 



24.022 



93,6 



 



 



 



 



Lama olahraga 



 



 



 



 



 



 



 



 



 <15 menit/hari 



 763 



6,8 



10.509 



93,2 



0,035* 



1,106 



1,008 



1,213 



 = 15 menit/hari 



1.282 



6,2 



19.525 



93,8 



 



 



 



 







 



 

Lanjutan Tabel 2. 



Karakteristik Anak 



Obesitas 



p value 



 



95% CI 



Ya 



Tidak 



OR 



Lower 



Upper 



n 



% 



n 



% 



 



Kebiasaan konsumsi sayuran 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Tidak sering (<5 kali/minggu) 



1,570 



7,1 



20,574 



92,9 



0,532 



0,978 



0,915 



1,046 



 Sering (= 5 kali/minggu) 



2,278 



7,2 



29,206 



92,8 



 



 



 



 



Konsumsi sayuran 



 



 



 



 



 



 



 



 



 <3 porsi/hari 



3,220 



6,9 



43,207 



93,1 



0,000* 



0,825 



0,742 



0,918 



 = 3 porsi/hari 



 418 



8,3 



 4,630 



91,7 



 



 



 



 



Kebiasaan konsumsi buah 



 



 



 



 



 



 



 



 



 Tidak sering (<2 kali/minggu) 



1,450 



7,2 



18,674 



92,8 



0,848 



1,007 



0,941 



1,078 



 Sering (= 2 kali/minggu) 

untuk informasi lebih lengkap silahkan....
download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar