cme

Loading

Selasa, 07 Januari 2014

Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia

ABSTRAK 



Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah 

merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan 

tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 

mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala 

anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia 

diklasifikasikan menjadi anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik 

(MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai 

petunjuk diagnosis penyebab anemia. 



Kata kunci: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis 



ABSTRACT 



Anemia can be defined as reduction of one or more red blood cells parameter such as hemoglobin, hematocrit level or red blood cells number. 

Anemia is characterized by hemoglobin level below 13 g% in men and below 12 g% in women (WHO). Anemia can be caused by 1 or more of 

3 independent mechanisms such as decreased red cells production, elevated red cells destruction or blood loss. Symptoms of anemia are due 

to decreased tissue oxigen delivery or hypovolemia. Based on morphology approach, anemia is classified as macrocytic anemia ( mean corpuscular 

volume/MCV > 100 fL), microcytic anemia (MCV < 80 fL) and normocytic anemia ( MCV 80-100 fL). Clinical symptoms, MCV parameter, 

RDW ( red cell distribution width), reticulocyte count and peripheral blood smear could be used to diagnose the etiology of anemia. Amaylia 

Oehadian. Climical Approach and Diagnosis of Anemia. 



Key words: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis 



PENDAHULUAN derajat dan kecepatan terjadinya anemia, gangguan mekanisme kompensasi jantung 

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala karena penyakit jantung yang mendasarinya.1 

atau lebih parameter sel darah merah: konsen-akan lebih ringan pada anemia yang terjadi 

trasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi Gejala utama adalah sesak napas saat berakdarah 

merah. Menurut kriteria WHO anemia mekanisme homeostatik untuk menyesuai-tivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala 

adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% kan dengan berkurangnya kemampuan darah dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi 

pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.1 membawa oksigen.1 kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). 

Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ krite-Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul 

ria National Cancer Institute, anemia adalah Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor1: letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengankadar 

hemoglobin di bawah 14 g% pada pria • 

Berkurangnya pasokan oksigen ke jaring-cam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ 

dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini an atau infark miokard).1 

digunakan untuk evaluasi anemia pada pen-• 

Adanya hipovolemia (pada penderita 

derita dengan keganasan.1 Anemia merupakan dengan perdarahan akut dan masif ) Anemia yang disebabkan perdarahan akut 

tanda adanya penyakit. Anemia selalu meru-berhubungan dengan komplikasi berkurangpakan 

keadaan tidak normal dan harus dicari Pasokan oksigen dapat dipertahankan nya volume intraseluler dan ekstraseluler. 

penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik pada keadaan istirahat dengan mekanisme Keadaan ini menimbulkan gejala mudah 

dan pemeriksaan laboratorium sederhana kompensasi peningkatan volume sekuncup, lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram 

berguna dalam evaluasi penderita anemia.1 denyut jantung dan curah jantung pada kadar otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural 



Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, 

GEJALA KLINIS kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan 

Gejala dan tanda anemia bergantung pada lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi kematian.1 





CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 



407 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407





6/8/2012 2:33:23 PM 

6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM



 

CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION 

PENYEBAB 



Terdapat dua pendekatan untuk menentukan 

penyebab anemia1: 



• Pendekatan kinetik 

Pendekatan ini didasarkan pada mekanis-me 

yang berperan dalam turunnya Hb. 

• Pendekatan morfologi 

Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan 

perubahan ukuran eritrosit (Mean 

corpuscular volume/MCV) dan res-pons retikulosit. 

Pendekatan kinetik 



Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih 

dari 3 mekanisme independen1: 



• 

Berkurangnya produksi sel darah merah 

• 

Meningkatnya destruksi sel darah merah 

• Kehilangan darah. 

Berkurangnya produksi sel darah merah 



Anemia disebabkan karena kecepatan produksi 

sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. 

Penyebab berkurangnya produksi sel 

darah merah1: 



• 

Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; 

dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi 

(anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan 

darah (defisiensi Fe) 

• 

Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, 

pure red cell aplasia, mielodisplasia, inflitrasi tumor) 

• 

Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, 

radiasi) 

• Rendahnya trophic hormone untuk sti-mulasi 

produksi sel darah merah (eritro-poietin 

pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] 

dan androgen [hipogonadisme]) 

• 

Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, 

yaitu anemia dengan karakteristik berkurangnya 

Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena 

berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal 

dan berkurangnya pelepasan Fe dari 

ma-krofag, berkurangnya kadar eritropoietin 

(relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup 

erirosit. 

Peningkatan destruksi sel darah merah 



Anemia hemolitik merupakan anemia yang 

disebabkan karena berkurangnya masa hidup 

sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada 

keadaan normal, umur sel darah merah 110120 

hari.2 Anemia hemolitik terjadi bila sum-

sum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan 

untuk menggganti lebih dari 5% sel darah 

merah/hari yang berhubungan dengan masa 

hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.1 



Pendekatan morfologi 



Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan 

ukuran sel darah merah pada apusan 

darah tepi dan parameter automatic cell 

counter. Sel darah merah normal mempunyai 

vo-lume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15 liter) dengan 

diameter kira-kira 7-8 micron, sama dengan 

inti limfosit kecil. Sel darah merah yang 

berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil 

pada apus darah tepi disebut makrositik.1 Sel 

darah merah yang berukuran lebih kecil dari 

inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic 

cell counter memperkirakan volume sel darah 

merah dengan sampel jutaan sel darah merah 

dengan mengeluarkan angka mean corpuscular 

volume (MCV) dan angka dispersi mean 

tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan 

koefisien variasi volume sel darah merah atau 

RBC distribution width (RDW). RDW normal 

berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW 

menunjukkan adanya variasi ukuran sel. 



Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia 

diklasifikasikan menjadi1,3-5: 



• 

Anemia makrositik (gambar 1) 

• 

Anemia mikrositik (gambar 2) 

• 

Anemia normositik (gambar 3) 

Gambar 1 Anemia makrositik1 





Gambar 2 Anemia mikrositik1 





Gambar 3 Anemia normositik1 





CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 

Anemia makrositik 

Anemia makrositik merupakan anemia de-

ngan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia 

makrositik dapat disebabkan oleh.1,6: 

• Peningkatan retikulosit 

Peningkatan MCV merupakan karakteris-

tik normal retikulosit. Semua keadaan yang 

menyebabkan peningkatan retikulosit akan 

memberikan gambaran peningkat-an MCV 

•Metabolisme abnormal asam nukleat pada 

prekursor sel darah merah (defisiensi folat atau 

cobalamin, obat-obat yang mengganggu sin-

tesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea) 

•Gangguan maturasi sel darah merah (sin-

drom mielodisplasia, leukemia akut) 

• Penggunaan alkohol 

  Penyakit hati 

  Hipotiroidisme. 

Anemia mikrositik 

Anemia mikrositik merupakan anemia de-

ngan karakteristik sel darah merah yang kecil 

(MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik 

biasanya disertai penurunan hemoglobin da-

lam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean 

concentration hemoglobin) dan MCV, akan 

didapatkan gambaran mikrositik hipokrom 

pada apusan darah tepi. 

Penyebab anemia mikrositik hipokrom1: 

•Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, 

anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, de-

fisiensi tembaga. 

•Berkurangnya sintesis heme: keracunan 

logam, anemia sideroblastik kongenital dan 

didapat. 

•Berkurangnya sintesis globin: talasemia 

dan hemoglobinopati. 

Anemia normositik 

Anemia normositik adalah anemia dengan 

MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini 

dapat disebabkan oleh1-3: 

•Anemia pada penyakit ginjal kronik. 

•Sindrom anemia kardiorenal: anemia, ga-

gal jantung, dan penyakit ginjal kronik. 

• Anemia hemolitik: 

 Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik 

sel darah merah: Kelainan membran (sferosito-

sis herediter), kelainan enzim (defisiensi G6PD), 

kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell). 

 Anemia hemolitik karena kelainan ekstrin-

sik sel darah merah: imun, autoimun (obat, 

virus, berhubungan dengan kelainan limfoid, 

idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan 

lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroan-

408 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408





6/8/2012 2:33:23 PM 

6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM



 

CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION 

giopati (purpura trombositopenia trombotik, 

sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), 

dan zat kimia (bisa ular). 



EVALUASI PENDERITA 



Evaluasi penderita dengan anemia diarahkan 

untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan1: 



• 

Apakah penderita mengalami perdarahan 

saat ini atau sebelumnya? 

• 

Apakah didapatkan adanya bukti peningkatan 

destruksi sel darah merah (hemolisis)? 

• 

Apakah terdapat supresi sumsum tulang? 

• 

Apakah terdapat defisiensi besi? Apakah 

penyebabnya? 

• 

Apakah terdapat defisiensi asam folat dan 

vitamin B12? Apakah penyebabnya? 

Riwayat penyakit 



Beberapa komponen penting dalam riwayat 

penyakit yang berhubungan dengan anemia1: 



• 

Riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan 

anemia (misalnya, melena pada 

penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, 

gagal ginjal). 

• 

Waktu terjadinya anemia: baru, subakut, 

atau lifelong. Anemia yang baru terjadi pada 

umumnya disebabkan penyakit yang didapat, 

sedangkan anemia yang berlangsung lifelong, 

terutama dengan adanya riwayat keluarga, 

pada umumnya merupakan kelainan herediter 

(hemoglobinopati, sferositosis herediter). 

• 

Etnis dan daerah asal penderita: talasemia 

dan hemoglobinopati terutama didapatkan 

pada penderita dari Mediterania, Timur Tengah, 

Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara. 

• 

Obat-obatan. Obat-obatan harus dievaluasi 

dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti 

alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinflamasi 

nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat. 

• Riwayat transfusi. 

• Penyakit hati. 

• 

Pengobatan dengan preparat Fe. 

• 

Paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan. 

• 

Penilaian status nutrisi. 

Pemeriksaan fisik 



Tujuan utamanya adalah menemukan tanda 

keterlibatan organ atau multisistem dan untuk 

menilai beratnya kondisi penderita. 



Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan1,4: 



• 

adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural. 

• 

pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk 

pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau 

konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi 

antara 19-70% dan 70-100%. 



• 

ikterus: menunjukkan kemungkinan 

adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit 

dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu 

artifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis, ikterus 

ditemukan pada 58% penderita dengan 

bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita 

dengan bilirubin 3,1 mg/dL. 

• 

penonjolan tulang frontoparietal, maksila 

(facies rodent/chipmunk) pada talasemia. 

• 

lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi 

Fe. 

• 

limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri 

tulang (terutama di sternum); nyeri tulang 

dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena 

penyakit infiltratif (seperti pada leukemia 

mielositik kronik), lesi litik ( pada mieloma 

multipel atau metastasis kanker). 

• 

petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain. 

• 

kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia 

defisiensi Fe. 

• 

Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, 

sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial). 

• 

Infeksi rekuren karena neutropenia atau 

defisiensi imun. 

Pemeriksaan laboratorium 



• 

Complete blood count (CBC) 

CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, 

jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan 

hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, 

pemeriksaan trombosit, hitung jenis, 

dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan 

pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). 

Pada banyak automated blood counter, didapatkan 

parameter RDW yang menggambarkan 

variasi ukuran sel.1 

• 

Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi 

Apusan darah tepi harus dievaluasi de-ngan 

baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi 

dengan automated blood counter.1 

. 

Sel darah merah berinti (normoblas) 

Pada keadaan normal, normoblas tidak 

ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapat 

ditemukan pada penderita dengan kelainan 

hematologis (penyakit sickle cell, talasemia, 

anemia hemolitik lain) atau merupakan 

bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada 

pende-rita dengan bone marrow replacement. 

Pada penderita tanpa kelainan hematologis 

sebe-lumnya, adanya normoblas 

dapat menunjukkan adanya penyakit yang 

mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal 

jantung berat.1 

  Hipersegmentasi neutrofil 

Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas 

yang ditandai dengan lebih dari 5% 

neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih 

neutrofil berlobus >6. Adanya hipersegmentasi 

neutrofil dengan gambaran makrositik 

berhubungan dengan gangguan sintesis DNA 

(defisiensi vitamin B12 dan asam folat).1 

• Hitung retikulosit 

Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hi-

tung retikulosit dapat berupa persentasi dari 

sel darah merah, hitung retikulosit absolut, 

hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte 

production index. Produksi sel darah 

merah efektif merupakan proses dinamik. Hi-

tung retikulosit harus dibandingkan dengan 

jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa 

anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi 

adalah1: 

Hitung 



% retikulosit penderita x hematokrit 



retikulosit = 

terkoreksi 



45 



Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit 

terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit 

prematur di sirkulasi pada penderita 

anemia. Retikulosit biasanya berada di darah 

selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa 

RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit 

dilepaskan secara dini dari sumsum tu-

lang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi 

selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada 

anemia berat yang menyebabkan peningkatan 

eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit 

dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut 

reticulocyte production index (RPI).1 



RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45) 



Faktor koreksi 



Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 1. 



Tabel 1 Faktor koreksi hitung RPI2,7 



Hematokrit penderita (%) Faktor koreksi 

40 – 45 

35 – 39 

25 – 34 

15 – 24 

<15 

1,0 

1,5 

2,0 

2,5 

3,0 

RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya 

kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel 

darah merah atau anemia hipoproliferatif. RPA 

3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiperproliferasi 

sumsum tulang atau respons yang 

adekuat terhadap anemia.2,7 



• 

Jumlah leukosit dan hitung jenis 

Adanya leukopenia pada penderita anemia 

dapat disebabkan supresi atau infiltrasi sumCDK-

194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 



409 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409





6/8/2012 2:33:26 PM 

6/8/2012 2:33:26 PM6/8/2012 2:33:26 PM



 

CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION 

sum tulang, hipersplenisme atau defisiensi 

B12 atau asam folat. 

Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya 

infeksi, inflamasi atau keganasan hematologi. 

Adanya kelainan tertentu pada hitung 

jenis dapat memberikan petunjuk ke arah penyakit 

tertentu1: 



. 

Peningkatan hitung neutrofil absolut pada 

infeksi 

. 

Peningkatan hitung monosit absolut pada 

mielodisplasia 

. 

Peningkatan eosinofil absolut pada infeksi 

tertentu 

. 

Penurunan nilai neutrofil absolut setelah 

kemoterapi 

. 

Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi 

HIV atau pemberian kortikosteroid 

  Jumlah trombosit 

Abnormalitas jumlah trombosit memberikan 

informasi penting untuk diagnostik. Trombositopenia 

didapatkan pada beberapa keadaan 

yang berhubungan dengan anemia, misalnya 

hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada 

sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun 

(idiopatik atau karena obat), sepsis, defisiensi 

folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit 

dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif, 

defisiensi Fe, inflamasi, infeksi atau 

keganasan. Perubahan morfologi trombosit 

(trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat 

ditemukan pada penyakit mieloproliferatif 

atau mielodisplasia.1 

• Pansitopenia 

Pansitopenia merupakan kombinasi anemia, 

trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia 

berat dapat ditemukan pada anemia aplastik, 

defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan 

hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ringan 

dapat ditemukan pada penderita dengan 

splenomegali dan splenic trapping sel-sel 

hematologis.1 

Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit secara 

serial dapat membantu diagnostik.1 Contoh: 

Pada seorang penderita, Hb turun dari 15 

g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebabkan 

oleh ganguan produksi total (hitung retikulosit 

= 0) dan bila destruksi sel darah merah 

berlangsung normal (1% per hari), Hb akan 

turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seharusnya 

0,07 x 15 g% = 1,05 g%. Pada penderita 

ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehingga 

dapat diasumsikan supresi sumsum tulang 

saja bukan merupakan penyebab anemia dan 

menunjukkan adanya kehilangan darah atau 

destruksi sel darah merah.1 



Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV) dan RDW dapat dilihat pada tabel 2. 



Tabel 2 Klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW7 



MCV Normal RDW Peningkatan RDW 

Mikrositik 

(MCV <80 fL) 



Normositik 

(MCV 80-100 

fL) 



Makrositik 

(MCV >100 fL) 



Talasemia , anemia inflamasi, trait 

hemoglobinopati 



Anemia inflamasi, sferositosis herediter, trait 

hemoglobinopati, perdarahan akut 



Anemia aplastik, mielodisplasia 



Defisiensi Fe, penyakit HbH, beberapa kasus 

anemia inflamasi, beberapa kasus talasemia, 

fragmentasi hemolisis 



Awal atau partialy treated defisiensi Fe atau 

defisiensi vitamin, penyakit sickle cell 



Defisiensi B12, folat, anemia hemolitik 

autoimun, cold aglutinin disease, penyakit 

tiroid, alkohol 



Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 1. 



Anemia makrositik (MCV > 100 fL) 

Hitung retikulosit 

Anemia hemolitik, perdarahan, defisiensi B12 

dan folat yang sedang mendapat terapi 

Meningkat 

Anemia megaloblastik 

(defisiensi folat dan B12) 

Perubahan megaloblastik 

Normal atau menurun 

Makrositik berbentuk bulat, tidak 

ada hipersegmentasi 

Pemeriksaan sumsum tulang 

Non-megaloblastik: mielodisplasia, alkohol, 

obat, toksin, penyakit hati, anemia aplastik 

Bagan 1 Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit7 



Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat 

pada bagan 2. 



Evaluasi adanya kehilangan darah 

Bukti adanya perdarahan 

tersembunyi (occult blood loss) 

Evaluasi adanya ulkus, kolitis, 

karsinoma, hernia hiatal, parasit 

Tidak ada bukti perdarahan tersembunyi 

Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi 

Coombs positif, sferosit Coombs negatif 

Anemia hemolitik autoimun Anemia hemolitik nonimun 

Bagan 2 Anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan retikulosit7 





410 

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 



CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410





6/8/2012 2:33:28 PM 

6/8/2012 2:33:28 PM6/8/2012 2:33:28 PM



 

CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION 

Penyebab anemia normositik normokrom tanpa peningkatan respons retikulosit dapat dilihat 

pada tabel 3. 

Tabel 3 Anemia normokrom normositik tanpa peningkatan respons retikulosit7 



Gambaran morfologi apus darah tepi Evaluasi 

Leukoeritroblastosis 

Leukosit abnormal 

Rouleaux 

Tidak ada sel abnormal 

Proses mieloptisis: pemeriksaan sumsum tulang untuk space 

occupying lesion (metastasis tumor, limfoma, mielofibrosis) 

Leukemia, limfoma pemeriksaan sumsum tulang 

Mieloma multipel: elektroforesis serum dan urine, foto 

tulang (lesi litik), pemeriksaan sumsum tulang 

Anemia inflamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakit 

dasar, feritin, TIBC, saturasi transferin, pemeriksaan sumsum 

tulang 

Klasifikasi anemia mikrositik dapat dilihat pada bagan 3. 



Pemeriksaan morfologi apusan 

darah tepi, uji Coombs 

Awal defisiensi Fe, talasemia, 

hemoglobin abnormal 

Rouleaux: peningkatan 

globulin, penurunan albumin 

Evaluasi penyakit dasar 

Anemia inflamasi Fragmen sel darah merah: 

hemolisis 

Banyak sel target: HbE, 

penyakit hati 

Non-diagnostik 

Pemeriksaan iron 

binding capacity 

Sel target, basophilic 

stippling: Talasemia minor 

Rendah (pria <22 ng/mL, 

wanita <10 ng/mL) 

Analisis Hb 

RendahNormal/tinggi 

Jumlah sel darah merah 

Normal 

RDW 

Elektroforesis Hb, kadar HbA2 

>4% <4% 

Talasemia B minor 

Tinggi 

Suspek defisiensi Fe 

Kadar feritin 

Defisiensi Fe 

Sickling, sel target : HbSS, 

HbS, talasemia 

Pemeriksaan sumsum 

tulang: anemia 

sideroblastik, anemia 

aplastik, kegagalan 

sumsum tulang 

Tinggi 

Sel darah merah normal Sel darah merah abnormal 

Untuk membedakan anemia defisiensi Fe 

dengan anemia inflamasi dapat dilihat pada 

bagan 4. 



Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada 

penderita anemia7: 



1. 

Abnormalitas hitung sel darah dan/atau 

morfologi darah tepi 

. 

Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui 

. 

Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui 

atau disertai leukosit abnormal 

. 

Sel teardrops atau leukoeritroblastosis 

(gambar 4 dan 5) 

. 

Rouleaux (gambar 6) 

. 

Tidak ada atau rendahnya respons retikulosit 

terhadap anemia 

2. 

Evaluasi penyakit sistemik 

. 

Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati 

yang tidak diketahui penyebabnya 

. 

Staging tumor: limfoma, tumor solid 

. 

Pemantauan efek kemoterapi 

. 

Fever of unknown origin (dengan kultur 

sumsum tulang) 

. 

Evaluasi trabekular tulang pada penyakit 

metabolik. 

Gambar 4 Leukoeritroblastosis 





CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 

Bagan 3 Klasifikasi anemia mikrositik7 Gambar 5 Sel teardrops 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 411CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 4116/8/2012 2:33:29 PM6/8/2012 2:33:29 PM

411 

 

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 

Kemungkinan anemia inflamasi 

TIBC rendahFe/total iron binding capacity (TIBC) 

Feritin non-diagnostik 

Tinggi (>15%) 

% saturasi transferin 

9-15% 

Anemia defisiensi Fe 

Rendah (<9%) 

Gambar 6 Rouleaux 



Tinggi (>2,8 nmol) 

Rendah (<2,8 nmol) 

Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada 

pria dan di bawah 12 g% pada wanita) merupakan 

gejala dan tanda dari penyakit-penyakit 

tertentu yang harus dicari penyebabnya. Anemia 

dapat disebabkan karena berkurangnya 

produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan 

sel darah merah. Berdasarkan morfologi, 

anemia dapat diklasifikasikan menjadi 

anemia makrositik, anemia mikrositik, dan 

anemia normositik. Gejala klinis, parameter 

MCV, RDW, hitung retikulosit, dan morfologi 

apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk 



Cadangan Fe 

sumsum tulang 

Indeterminate 

Soluble transferin receptor serum 

Tidak ada Ada 

RINGKASAN 



Anemia inflamasi

Defisiensi Fe 

Bagan 4 Perbedaan anemia defisiensi Fe dan anemia inflamasi7 diagnosis penyebab anemia. 





DAFTAR PUSTAKA 



1. Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 

2. Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 

3. Tefferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc. 2003;78:1274-80. 

4. Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9. 

5. Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6. 

6. Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 

7. Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16. 

412 

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 



CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412 

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412





6/8/2012 2:33:32 PM 

6/8/2012 2:33:32 PM6/8/2012 2:33:32 PM


untuk data lebih lengkap....
 download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar