ABSTRAK Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia. Kata kunci: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis ABSTRACT Anemia can be defined as reduction of one or more red blood cells parameter such as hemoglobin, hematocrit level or red blood cells number. Anemia is characterized by hemoglobin level below 13 g% in men and below 12 g% in women (WHO). Anemia can be caused by 1 or more of 3 independent mechanisms such as decreased red cells production, elevated red cells destruction or blood loss. Symptoms of anemia are due to decreased tissue oxigen delivery or hypovolemia. Based on morphology approach, anemia is classified as macrocytic anemia ( mean corpuscular volume/MCV > 100 fL), microcytic anemia (MCV < 80 fL) and normocytic anemia ( MCV 80-100 fL). Clinical symptoms, MCV parameter, RDW ( red cell distribution width), reticulocyte count and peripheral blood smear could be used to diagnose the etiology of anemia. Amaylia Oehadian. Climical Approach and Diagnosis of Anemia. Key words: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis PENDAHULUAN derajat dan kecepatan terjadinya anemia, gangguan mekanisme kompensasi jantung Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala karena penyakit jantung yang mendasarinya.1 atau lebih parameter sel darah merah: konsen-akan lebih ringan pada anemia yang terjadi trasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi Gejala utama adalah sesak napas saat berakdarah merah. Menurut kriteria WHO anemia mekanisme homeostatik untuk menyesuai-tivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% kan dengan berkurangnya kemampuan darah dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.1 membawa oksigen.1 kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ krite-Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul ria National Cancer Institute, anemia adalah Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor1: letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengankadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria • Berkurangnya pasokan oksigen ke jaring-cam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini an atau infark miokard).1 digunakan untuk evaluasi anemia pada pen-• Adanya hipovolemia (pada penderita derita dengan keganasan.1 Anemia merupakan dengan perdarahan akut dan masif ) Anemia yang disebabkan perdarahan akut tanda adanya penyakit. Anemia selalu meru-berhubungan dengan komplikasi berkurangpakan keadaan tidak normal dan harus dicari Pasokan oksigen dapat dipertahankan nya volume intraseluler dan ekstraseluler. penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik pada keadaan istirahat dengan mekanisme Keadaan ini menimbulkan gejala mudah dan pemeriksaan laboratorium sederhana kompensasi peningkatan volume sekuncup, lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram berguna dalam evaluasi penderita anemia.1 denyut jantung dan curah jantung pada kadar otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, GEJALA KLINIS kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan Gejala dan tanda anemia bergantung pada lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi kematian.1 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 407 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407 6/8/2012 2:33:23 PM 6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION PENYEBAB Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia1: • Pendekatan kinetik Pendekatan ini didasarkan pada mekanis-me yang berperan dalam turunnya Hb. • Pendekatan morfologi Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume/MCV) dan res-pons retikulosit. Pendekatan kinetik Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen1: • Berkurangnya produksi sel darah merah • Meningkatnya destruksi sel darah merah • Kehilangan darah. Berkurangnya produksi sel darah merah Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab berkurangnya produksi sel darah merah1: • Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe) • Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia, mielodisplasia, inflitrasi tumor) • Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi) • Rendahnya trophic hormone untuk sti-mulasi produksi sel darah merah (eritro-poietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme]) • Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari ma-krofag, berkurangnya kadar eritropoietin (relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit. Peningkatan destruksi sel darah merah Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110120 hari.2 Anemia hemolitik terjadi bila sum- sum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan untuk menggganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.1 Pendekatan morfologi Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal mempunyai vo-lume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8 micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut makrositik.1 Sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi1,3-5: • Anemia makrositik (gambar 1) • Anemia mikrositik (gambar 2) • Anemia normositik (gambar 3) Gambar 1 Anemia makrositik1 Gambar 2 Anemia mikrositik1 Gambar 3 Anemia normositik1 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 Anemia makrositik Anemia makrositik merupakan anemia de- ngan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh.1,6: • Peningkatan retikulosit Peningkatan MCV merupakan karakteris- tik normal retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan retikulosit akan memberikan gambaran peningkat-an MCV •Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah (defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sin- tesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea) •Gangguan maturasi sel darah merah (sin- drom mielodisplasia, leukemia akut) • Penggunaan alkohol Penyakit hati Hipotiroidisme. Anemia mikrositik Anemia mikrositik merupakan anemia de- ngan karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin da- lam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab anemia mikrositik hipokrom1: •Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, de- fisiensi tembaga. •Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik kongenital dan didapat. •Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan hemoglobinopati. Anemia normositik Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh1-3: •Anemia pada penyakit ginjal kronik. •Sindrom anemia kardiorenal: anemia, ga- gal jantung, dan penyakit ginjal kronik. • Anemia hemolitik: Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah: Kelainan membran (sferosito- sis herediter), kelainan enzim (defisiensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell). Anemia hemolitik karena kelainan ekstrin- sik sel darah merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroan- 408 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408 6/8/2012 2:33:23 PM 6/8/2012 2:33:23 PM6/8/2012 2:33:23 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION giopati (purpura trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat kimia (bisa ular). EVALUASI PENDERITA Evaluasi penderita dengan anemia diarahkan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan1: • Apakah penderita mengalami perdarahan saat ini atau sebelumnya? • Apakah didapatkan adanya bukti peningkatan destruksi sel darah merah (hemolisis)? • Apakah terdapat supresi sumsum tulang? • Apakah terdapat defisiensi besi? Apakah penyebabnya? • Apakah terdapat defisiensi asam folat dan vitamin B12? Apakah penyebabnya? Riwayat penyakit Beberapa komponen penting dalam riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia1: • Riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia (misalnya, melena pada penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal). • Waktu terjadinya anemia: baru, subakut, atau lifelong. Anemia yang baru terjadi pada umumnya disebabkan penyakit yang didapat, sedangkan anemia yang berlangsung lifelong, terutama dengan adanya riwayat keluarga, pada umumnya merupakan kelainan herediter (hemoglobinopati, sferositosis herediter). • Etnis dan daerah asal penderita: talasemia dan hemoglobinopati terutama didapatkan pada penderita dari Mediterania, Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara. • Obat-obatan. Obat-obatan harus dievaluasi dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinflamasi nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat. • Riwayat transfusi. • Penyakit hati. • Pengobatan dengan preparat Fe. • Paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan. • Penilaian status nutrisi. Pemeriksaan fisik Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan1,4: • adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural. • pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70% dan 70-100%. • ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis, ikterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL. • penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia. • lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi Fe. • limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada mieloma multipel atau metastasis kanker). • petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain. • kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi Fe. • Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial). • Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun. Pemeriksaan laboratorium • Complete blood count (CBC) CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang menggambarkan variasi ukuran sel.1 • Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi Apusan darah tepi harus dievaluasi de-ngan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter.1 . Sel darah merah berinti (normoblas) Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis (penyakit sickle cell, talasemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada pende-rita dengan bone marrow replacement. Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebe-lumnya, adanya normoblas dapat menunjukkan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat.1 Hipersegmentasi neutrofil Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus >6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defisiensi vitamin B12 dan asam folat).1 • Hitung retikulosit Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hi- tung retikulosit dapat berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hi- tung retikulosit harus dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi adalah1: Hitung % retikulosit penderita x hematokrit retikulosit = terkoreksi 45 Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tu- lang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut reticulocyte production index (RPI).1 RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45) Faktor koreksi Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Faktor koreksi hitung RPI2,7 Hematokrit penderita (%) Faktor koreksi 40 – 45 35 – 39 25 – 34 15 – 24 <15 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel darah merah atau anemia hipoproliferatif. RPA 3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiperproliferasi sumsum tulang atau respons yang adekuat terhadap anemia.2,7 • Jumlah leukosit dan hitung jenis Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau infiltrasi sumCDK- 194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 409 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409 6/8/2012 2:33:26 PM 6/8/2012 2:33:26 PM6/8/2012 2:33:26 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION sum tulang, hipersplenisme atau defisiensi B12 atau asam folat. Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, inflamasi atau keganasan hematologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan petunjuk ke arah penyakit tertentu1: . Peningkatan hitung neutrofil absolut pada infeksi . Peningkatan hitung monosit absolut pada mielodisplasia . Peningkatan eosinofil absolut pada infeksi tertentu . Penurunan nilai neutrofil absolut setelah kemoterapi . Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi HIV atau pemberian kortikosteroid Jumlah trombosit Abnormalitas jumlah trombosit memberikan informasi penting untuk diagnostik. Trombositopenia didapatkan pada beberapa keadaan yang berhubungan dengan anemia, misalnya hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun (idiopatik atau karena obat), sepsis, defisiensi folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif, defisiensi Fe, inflamasi, infeksi atau keganasan. Perubahan morfologi trombosit (trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif atau mielodisplasia.1 • Pansitopenia Pansitopenia merupakan kombinasi anemia, trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia berat dapat ditemukan pada anemia aplastik, defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ringan dapat ditemukan pada penderita dengan splenomegali dan splenic trapping sel-sel hematologis.1 Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit secara serial dapat membantu diagnostik.1 Contoh: Pada seorang penderita, Hb turun dari 15 g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebabkan oleh ganguan produksi total (hitung retikulosit = 0) dan bila destruksi sel darah merah berlangsung normal (1% per hari), Hb akan turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seharusnya 0,07 x 15 g% = 1,05 g%. Pada penderita ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehingga dapat diasumsikan supresi sumsum tulang saja bukan merupakan penyebab anemia dan menunjukkan adanya kehilangan darah atau destruksi sel darah merah.1 Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV) dan RDW dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi anemia berdasarkan MCV dan RDW7 MCV Normal RDW Peningkatan RDW Mikrositik (MCV <80 fL) Normositik (MCV 80-100 fL) Makrositik (MCV >100 fL) Talasemia , anemia inflamasi, trait hemoglobinopati Anemia inflamasi, sferositosis herediter, trait hemoglobinopati, perdarahan akut Anemia aplastik, mielodisplasia Defisiensi Fe, penyakit HbH, beberapa kasus anemia inflamasi, beberapa kasus talasemia, fragmentasi hemolisis Awal atau partialy treated defisiensi Fe atau defisiensi vitamin, penyakit sickle cell Defisiensi B12, folat, anemia hemolitik autoimun, cold aglutinin disease, penyakit tiroid, alkohol Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 1. Anemia makrositik (MCV > 100 fL) Hitung retikulosit Anemia hemolitik, perdarahan, defisiensi B12 dan folat yang sedang mendapat terapi Meningkat Anemia megaloblastik (defisiensi folat dan B12) Perubahan megaloblastik Normal atau menurun Makrositik berbentuk bulat, tidak ada hipersegmentasi Pemeriksaan sumsum tulang Non-megaloblastik: mielodisplasia, alkohol, obat, toksin, penyakit hati, anemia aplastik Bagan 1 Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit7 Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 2. Evaluasi adanya kehilangan darah Bukti adanya perdarahan tersembunyi (occult blood loss) Evaluasi adanya ulkus, kolitis, karsinoma, hernia hiatal, parasit Tidak ada bukti perdarahan tersembunyi Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi Coombs positif, sferosit Coombs negatif Anemia hemolitik autoimun Anemia hemolitik nonimun Bagan 2 Anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan retikulosit7 410 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410 6/8/2012 2:33:28 PM 6/8/2012 2:33:28 PM6/8/2012 2:33:28 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION Penyebab anemia normositik normokrom tanpa peningkatan respons retikulosit dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Anemia normokrom normositik tanpa peningkatan respons retikulosit7 Gambaran morfologi apus darah tepi Evaluasi Leukoeritroblastosis Leukosit abnormal Rouleaux Tidak ada sel abnormal Proses mieloptisis: pemeriksaan sumsum tulang untuk space occupying lesion (metastasis tumor, limfoma, mielofibrosis) Leukemia, limfoma pemeriksaan sumsum tulang Mieloma multipel: elektroforesis serum dan urine, foto tulang (lesi litik), pemeriksaan sumsum tulang Anemia inflamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakit dasar, feritin, TIBC, saturasi transferin, pemeriksaan sumsum tulang Klasifikasi anemia mikrositik dapat dilihat pada bagan 3. Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi, uji Coombs Awal defisiensi Fe, talasemia, hemoglobin abnormal Rouleaux: peningkatan globulin, penurunan albumin Evaluasi penyakit dasar Anemia inflamasi Fragmen sel darah merah: hemolisis Banyak sel target: HbE, penyakit hati Non-diagnostik Pemeriksaan iron binding capacity Sel target, basophilic stippling: Talasemia minor Rendah (pria <22 ng/mL, wanita <10 ng/mL) Analisis Hb RendahNormal/tinggi Jumlah sel darah merah Normal RDW Elektroforesis Hb, kadar HbA2 >4% <4% Talasemia B minor Tinggi Suspek defisiensi Fe Kadar feritin Defisiensi Fe Sickling, sel target : HbSS, HbS, talasemia Pemeriksaan sumsum tulang: anemia sideroblastik, anemia aplastik, kegagalan sumsum tulang Tinggi Sel darah merah normal Sel darah merah abnormal Untuk membedakan anemia defisiensi Fe dengan anemia inflamasi dapat dilihat pada bagan 4. Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia7: 1. Abnormalitas hitung sel darah dan/atau morfologi darah tepi . Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui . Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit abnormal . Sel teardrops atau leukoeritroblastosis (gambar 4 dan 5) . Rouleaux (gambar 6) . Tidak ada atau rendahnya respons retikulosit terhadap anemia 2. Evaluasi penyakit sistemik . Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya . Staging tumor: limfoma, tumor solid . Pemantauan efek kemoterapi . Fever of unknown origin (dengan kultur sumsum tulang) . Evaluasi trabekular tulang pada penyakit metabolik. Gambar 4 Leukoeritroblastosis CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 Bagan 3 Klasifikasi anemia mikrositik7 Gambar 5 Sel teardrops CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 411CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 4116/8/2012 2:33:29 PM6/8/2012 2:33:29 PM 411 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA Kemungkinan anemia inflamasi TIBC rendahFe/total iron binding capacity (TIBC) Feritin non-diagnostik Tinggi (>15%) % saturasi transferin 9-15% Anemia defisiensi Fe Rendah (<9%) Gambar 6 Rouleaux Tinggi (>2,8 nmol) Rendah (<2,8 nmol) Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita) merupakan gejala dan tanda dari penyakit-penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya. Anemia dapat disebabkan karena berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel darah merah. Berdasarkan morfologi, anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik. Gejala klinis, parameter MCV, RDW, hitung retikulosit, dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk Cadangan Fe sumsum tulang Indeterminate Soluble transferin receptor serum Tidak ada Ada RINGKASAN Anemia inflamasi Defisiensi Fe Bagan 4 Perbedaan anemia defisiensi Fe dan anemia inflamasi7 diagnosis penyebab anemia. DAFTAR PUSTAKA 1. Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 2. Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 3. Tefferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc. 2003;78:1274-80. 4. Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9. 5. Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6. 6. Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com 7. Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16. 412 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412 CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412 6/8/2012 2:33:32 PM 6/8/2012 2:33:32 PM6/8/2012 2:33:32 PM untuk data lebih lengkap.... download disini
cme
Loading
Selasa, 07 Januari 2014
Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar